Cara Mengecek Kualitas Jagung Sebelum Masuk ke Gudang

Cara Mengecek Kualitas Jagung Sebelum Masuk ke Gudang


Pengecekan kualitas jagung perlu dilakukan sebelum jagung disimpan di dalam gudang penyimpanan. 

Kualitas jagung dapat dikendalikan sejak jagung baru datang ke gudang dan belum dilakukan penyimpanan. Kualitas jagung yang baik dapat ditentukan dari beberapa parameter seperti berat, kandungan glukosa, kandungan protein, akar yang baik, dan jagung yang sehat.

Pengecekan kualitas jagung

Pengecekan kualitas jagung dapat dilakukan dengan beberapa metode pengujian. Berikut ini adalah beberapa parameter yang bisa dilakukan pengecekan.

Berat

Berat merupakan pengecakan kualitas jagung yang menjadi pertimbangan utama harga jual jagung di pasaran. Pengujian berat dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu pengukuran kering dan pengukuran dalam satuan ons.

Jagung yang berkualitas baik akan memiliki hasil pengukuran berat yang lebih tinggi. Jagung yang memiliki kualitas jelek akan memiliki berat yang kecil, karena adanya kerusakan pada bagain dalam bijinya akibat jamur ataupun pecah akibat lingkungan yang terlalu kering.

Glukosa 

Pengecekan kualitas jagung yang selanjutnya yaitu kandungan glukosa di dalam biji jagung tersebut. Pengecekan kandungan glukosa di dalam jagung dapat dilakukan dengan alat refraktometer.

Alat refraktometer akan menunjukkan persentase dari glukosa di dalam biji jagung. Kandungan glukosa akan menunjukkan apakah tanaman jagung melakukan proses fotosintesis dengan baik yang menunjukkan bahwa tanaman dalam keadaan sehat. 

Cara penggunaan refraktometer ini yaitu dengan cara meneteskan beberapa tetes cairan dari daun tanaman ke atas lensa refraktometer dan menutupnya dengan pentup alat refraktometer kemudian melakukan pembacaan terhadap nilai Brix (persentase kandungan zat yang diuji). 

Kemudian, Anda dapat membandingkan kandungan glukosanya berdasarkan standar ataupun hasil pengujian yang pernah dilakukan sebelumnya. Kandungan glukosa mungkin berbeda-beda tergantung pada musim, waktu, dan kesehatan tanaman.

Protein

Pengecekan kualitas jagung yang selanjutnya yaitu pengecekan terhadap kandungan protein di dalamnya. Uji protein kasar adalah pengujian kualitas jagung yang paling sering dilakukan, namun pengujian ini tidak terlalu akurat terhadap kandungan Nitrogen yang ada, karena pengujiannya dilakukan hanya dengan cara mengestimasi dengan mengalikan kandungan nitrogennya dengan 6,25.

Hasil pengujian protein dengan cara tersebut tidak dapat akurat, karena akan menjadi tidak valid jika terdapat kandungan nitrat atau non nitrogen protein lainnya di dalam jagung. 


Kesalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan analisis asam amino, namun kekurangannya yaitu biaya pengujiannya yang lebih mahal. 


Pengujian nutrisi jagung yang paling murah dan cepat yaitu pengujian terhadap kandungan glukosanya. Dengan melakukan analisis terhadap kandungan glukosa di dalam jagung, dapat diketahui pula jumlah mineral yang ada karena mineral memiliki korelasi secara langsung dengan glukosa. 

Pengujian laboratorium biasa tidak dapat mengukur kadar protein secara baik. Tanaman yang mengandung protein tinggi namun memiliki kualitas alat pengujian laboratorium seperti pembacaan refraktometer yang rendah, maka akan mempengaruhi kualitas hasil analisisnya. 

Kadar air

Kadar air di dalam jagung juga mempengaruhi kualitas jagung yang akan dijual. Berdasarkan sejumlah penelitian, ditemukan bahwa jagung dengan kadar air antara 16-18% pada saat dilakukan tahap sortasi dan kemudian mengalami peningkatan menjadi 22-24% ketika di mengalami pengangkutan ke tempat dengan ketinggian yang lebih rendah. 

Pengeringan tanaman jagung hingga ke batas aman untuk dilakukan penyimpanan adalah kunci keberhasilan dalam mempertahankan kualitas jagung ketika disimpan. Jagung dengan potensi terserang oleh aflatoksin tidak bisa dikeringkan di bawah suhu 120 derajat Celcius karena risiko adanya peningkatan kadar air. 


Kadar aflatoksin

Kadar aflatoksin juga mempengaruhi kualitas tanaman jagung. Aflatoksin adalah jenis racun yang paling sering dan berpotensi besar menyerang tanaman jagung saat di lapangan. Jika tidak dilakukan pengawasan dan pengujian terhadap kadar aflatoksin pada tanaman jagung, maka risiko timbulnya penyakit akibat aflatoksin semakin besar pula. 

Hal ini akan menurunkan penjualan tanaman jagung yang telah dipanen. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pula batas atau kadar aflatoksin yang ada di dalam tanaman jagung. Ketentuan mengenai hal tersebut berebda-beda di setiap negara. 

Misalnya, di negara bagian Amerika seperti Indiana, Nebraska, Illinois, dan Kansas yang memiliki perizinan batas maksimal afaltoksin pada tanaman jagung adalah maksimal 20 ppb.

Tanaman jagung yang mengandung aflatoksin lebih dari 500 ppb tidak dapat dicampur menjadi satu dengan tanaman lainnya.

Baca juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

singaraja シンガラジャ バリ島

Menjaga Kualitas Biji Kakao

Cara Memilih Bibit Jagung Berkualitas Tinggi