Penanganan Afaltoksin Jagung
Penanganan Aflatoksin Jagung
Penanganan aflatoksin jagung - Aflatoksin adalah racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus. Aflatoksin merupakan racun yang dapat mematikan jika dikonsumsi oleh manusia atau makhluk hidup lainnya.
Jamur Aspergillus flavus dapat mengkontaminasi jagung dan mengakibatkan jagung menjadi beracun. Jagung yang terserang oleh Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri adanya jamur berwarna hijau keabu-abuan atau kuning kehijauan pada bagian kulitnya. Jagung yang mengadung aflatoksin akan menurunkan nilai jualnya dan merugikan petani. Berikut adalah beberapa cara penanganan aflatoksin jagung yang dapat dilakukan jika terjadi kasus aflatoksin pada jagung.
Manajemen lahan yang baik
Penanganan aflatoksin jagung yang pertama yaitu dengan melakukan manajemen lahan yang baik. Aflatoksin mudah mengkontaminasi tanaman jagung jika tanaman jagung tumbuh pada lahan yang kotor atau minim pengelolaan.
Lahan jagung yang lembab dan kotor akan memicu pertumbuhan jamur Aspergillus flavus. Pengelolaan atau manajemen lahan yang baik dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi peralatan dan lahan yang digunakan untuk menanam jagung.
Selain itu, pembersihan lahan penanaman jagung dari debris atau sisa kotoran tanaman dapat menjadi bentuk penanganan aflatoksin jagung yang efektif.
Melakukan irigasi yang baik
Penanganan aflatoksin jagung dapat dilakukan dengan cara melakukan irigasi lahan jagung yang baik. Irigasi pada lahan jagung membantu menurunkan risiko pertumbuhan Aspergillus flavus karena adanya pengaturan jumlah air yang baik.
Kontaminasi aflatoksin mudah terjadi pada lahan jagung yang mengalami genangan air berlebihan seperti banjir. Irigasi lahan jagung yang baik dapat menjadi penanganan aflatoksin jagung yang dapat menghindarkan jagung dari kontaminasi jamur Aspergillus flavus.
Penanganan biji jagung yang baik
Penanganan aflatoksin jagung juga dapat dilakukan melalui penanganan terhadap biji jagung yang baik. Penanganan biji jagung yang baik yaitu dengan cara tidak menyimpan biji jagung di dalam truk pengangkut selama lebih dari 6 jam.
Sanitasi yang baik harus diterapkan ketika mengolah biji jagung untuk meminimalkan kerusakan fisik pada biji jagung yang dapat memicu terjadinya kontaminasi aflatoksin pada jagung.
Pengeringan yang baik
Penanganan aflatoksin jagung juga dapat dilakukan dengan proses pengeringan pada jagung sebelum penyimpanan. Temperatur dan waktu pengeringan yang rendah dapat memicu perkembangan aflatoksin.
Pengeringan biji jagung dapat dilakukan dengan tiga jenis metode pengeringan yaitu pengeringan bertingkat, pengeringan batch, dan pengeringan kolom. Pengeringan bertingkat menjaga agar kelembaban relatif pada bagian tingkat teratas tetap tinggi untuk menekan produksi aflatoksin.
Pengeringan batch menggunakan temperatur dan kecepatan pengeringan yang tinggi untuk menekan produksi aflatoksin. Pengeringan dilakukan untuk mencapai kadar air jagung hingga 12%. Pengeringan kolom menggunakan temperatur yang tinggi dan waktu pengeringan yang singkat (1-2 jam) untuk menekan produksi aflatoksin.
Menjaga kondisi penyimpanan jagung
Penanganan aflatoksin jagung harus dilakukan mulai dari proses persiapan penyimpanan jagung. Untuk mencegah munculnya aflatoksin selama penyimpanan, maka kelembaban ruang penyimpanan harus dikondisikan agar berada di bawah 12%.
Pengulitan biji jagung sebelum penyimpanan juga merupakan penanganan aflatoksin jagung yang efektif karena kulit jagung umumnya mengandung aflatoksin yang tinggi. Pengulitan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih biji jagung sebelum jagung disimpan.
Penyimpanan
Penanganan aflatoksin jagung dapat dilakukan dengan penyimpanan jagung yang baik. Penyimpanan jagung yang baik yaitu pada temperatur yang lebih tinggi daripada lingkungan luar tempat penyimpanan dan kelembaban di bawah 65%.
Penggunaan kipas angin juga diperlukan untuk menggerakan udara agar tidak menumpuk di bagian bawah tempat penyimpanan. Udara yang menumpuk dapat menyebabkan kelembaban yang akan memicu pertumbuhan Aspergillus flavus. Agar penanganan aflatoksin jagung dapat berjalan maksimal, maka perlu dilakukan pengontrolan terhadap penyimpanan setiap 3-4 minggu untuk mengecek ada tidaknya aktivitas aflatoksin ataupun kontaminan lainnya.
Pengambilan sampel jagung
Penanganan aflatoksin jagung dapat dilakukan dengan melakukan sampling terahadap biji jagung untuk dilakukan pengujian kadar aflatoksinnya. Kontaminasi aflatoksin dapat terjadi secara tidak terduga selama proses pemanenan hingga penyimpanan, sehingga perlu dilakukan pengujian kadar aflatoksin terhadap biji jagung yang ada.
Pengujian kadar aflatoksin dilakukan dengan menggunakan enzim atau yang dikenal dengan metode ELISA dan gas kromatografi. Pengambilan sampel biji jagung yang direkomendasikan yaitu sekitar 5 kg biji jagung dengan pengambilan sampel dari minimal 10-30 lokasi dalam satu lahan.
Pengawetan biji jagung
Penanganan aflatoksin jagung yang berikutnya yaitu dengan cara pengawetan biji jagung. Pengawetan biji jagung dapat dilakukan dengan menggunakan asam organik yang diberikan pada jagung dengan kadar air yang tinggi.
Penggunaan amonia juga dapat menurunkan kadar aflatoksin pada jagung. Amonia yang digunakan adalah dalam bentuk cair ataupun gas, namun perlu dilakukan oleh profesional karena tingkat bahayanya yang tinggi.
Cek juga artikel: Manfaat Jagung Hibrida
Komentar
Posting Komentar